Fenomena Kekeringan di Terusan Panama dan Dampaknya
30 January 2024
Terusan Panama telah menjadi rute andalan untuk menghemat waktu dan biaya ketika melintas dari samudera pasifik menuju samudera atlantik. Namun kini, Terusan Panama mengalami kekeringan hingga beberapa kapal kargo terjebak dalam “kemacetan” melalui terusan sepanjang 93 km tersebut.
Baca juga: 8 Pelabuhan Tersibuk di Dunia
Terusan Panama, sama halnya dengan Terusan Suez, merupakan terusan buatan yang dikhususkan bagi kapal laut melintas agar dapat memangkas waktu dari samudera pasifik menuju samudera atlantik. Karena jika kapal laut ingin menuju samudera atlantik, maka mereka harus melewati rute yang cukup riskan di sepanjang lautan benua amerika selatan, kondisi cuaca yang ekstrim dan tentunya peningkatan biaya menjadi salah satu alasan Terusan Panama menjadi rute utama jalur perdagangan.
Tapi, belakangan ini, Terusan Panama mengalami kekeringan hebat. Kenapa demikian? Karena sebetulnya, cara kerja Terusan Panama sendiri yang terlalu bergantung pada pompa air untuk menopang beban kapal kargo yang ingin melintasi terusan buatan tersebut. Alhasil, ketika terjadi kekeringan akibat kemarau yang panjang, trafik yang melalui Terusan Panama terpaksa tersendat.
Baca juga: Apa Itu Reverse Logistics
Selama berbulan-bulan, kekeringan hebat telah membuat kemacetan parah di sepanjang Terusan Panama. Kekeringan tersebut berdampak pada tingginya permukaan air untuk membantu mengangkat kapal, sehingga hanya sedikit saja kapal kargo yang diperbolehkan lewat melalui terusan tersebut.
Pembatasan seperti ini telah membuat biaya transportasi kapal yang melintas dari samudera pasifik menuju samudera atlantik sangat mahal dan sangat lama. Karena pusat perdagangan dunia yang melintas antara dua samudera tersebut terdapat musibah luar biasa akibat perubahan iklim.
Saat perubahan iklim di dunia ini kian ekstrim, kanal yang menjadi pusat dari 5% perdagangan jalur laut dunia tersebut terpaksa menjadi disrupsi bagi industri pengiriman internasional. Bahkan Pemerintah Amerika Serikat sempat menyentuh kembali topik diskusi untuk membangun sebuah kanal atau terusan lainnya yang tidak melewati Panama, hal ini bukan tanpa dasar mengingat bahwa 40% kargo kontainer Amerika Serikat harus melalui jalur terusan tersebut.
Dampak yang paling terasa adalah bagi negara Panama, kekeringan ini akan menyebabkan kerugian besar. Pasalnya, negara tersebut sangat bergantung pada Terusan Panama, karena berkontribusi terhadap 6,6% dari total PDB Panama atau sekitar $4,32 miliar USD pada tahun 2022.
Dampak lainnya yang dirasakan adalah bagi para pengusaha ekspor impor yang harus menaikkan beban biaya transportasi dan tentu berdampak terhadap harga komoditas ke depannya.